Minggu, 17 Juni 2012

PROSES ADAPTASI PSIKOLOGIS MASA NIFAS



PROSES ADAPTASI PSIKOLOGIS MASA NIFAS
I.         Adaptasi Psiklogis Ibu Masa Nifas
Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga mengakibatkan adanya perubahan dari psikisnya. Ia mengalami stimulasi kegembiraan yang luar biasa, menjalani proses eksplorasi dan asimilasi terhadap bayinya, berada di bawah tekanan untuk dapat menyerap pembelajaran yang di perlukan tentang apa yang harus di ketahuinya dan perawatan untuk bayinya, dan merasa tanggung jawab luar biasa sekarang untuk menjadi seorang “ibu”.
            Tidak mengherankan bahwa ibu mengalamai sedikit perubahan perilaku dan sesekali merasa kerepotan. Masa ini adalah masa rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran.
            Reva Rubin membagi periode ini menjadi 3 bagian, anatara lain :
1.      Periode “Taking In”
a.       Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya.
b.      Ia mungkin akan mengulang-ulang menceritakan pengalamannya waktu melahirkan.
c.       Tidur tanpa gangguan sangat penting ntuk mengurangi gangguan kesehatan akibat kurang istirahat.
d.      Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan penyembuhan luka, serta persiapan proses laktasi aktif.
e.       Dalam memberikan asuhan, bidan harus dapat memfasilitasi kebutuhan psikologis ibu. Pada tahap ini, bidan dapat menjadi pendengar yang baik ketika ibu menceritakan pengalamannya. Berikan juga dukungan mental atau apresiasi atas hasil perjuangan ibu sehingga dapat berhasil melahirkan anaknya. Bidan harus dapat menciptakan suasanan yang nyaman bagi ibu sehingga ibu dapat dengan leluasa dan terbuka mengemukakan permasalahan yang di hadapi kepada bidan. Dalam hal ini, sering terjadi kesalahan dalam pelaksanaan perawatan yang dilakukan oleh pasien terhadap dirinya dan bayinya hanya karna kurangnya jalinan komunikasi yang baik antara bidan dan pasien.

2.      Periode “Taking Hold”
a.       Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 post partum.
b.      Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua yang sukses dan meningkatkan tanggung jawabnya terhadap bayi.
c.       Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAB, BAK, serta kekuatan dan ketahanan tubuhnya.
d.      Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan perawatan bayi, misalnya menggendong, memandikan. Memasang popok, dan sebagainya.
e.       Pada masa ini ibu agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal tersebut.
f.       Pada tahap ini, bidan harus tanggap terhadap kemungkinan perubahan yang terjadi.
g.      Tahap ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan untuk memberikan bimbingan cara perawatan bayi, namun harus selalu di perhatikan tekhnik bimbingannya, jangan sampai menyinggung perasaan atau membuat persaan ibu tidak nyaman karna ia sangat sensitif. Hindari kata “jangan begitu” atau “kalau kayak gitu salah” pada ibu karna hal itu akan sangat menyakiti perasaanya dan akibatnya ibu akan putus asa mengikuti bimbingan yang bidan berikan.

3.      Periode “Letting Go”
a.       Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang kerumah. Periode ini pun akan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga.
b.      Ibu mengambil tanggung jawab perawatan bayi dan ia harus beradaptasi terhadap segala kebutuhan bayi yang sangat tergantung padanya. Hal ini menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan dan hubungan sosial.
c.       Depresi post partum umunya terjadi pada periode ini.

Faktor-faktor yang mempengaruhi suksenya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada saat post partum, antara lain :
1.      Respon dan dukungan keluarga dan teman
Bagi ibu post partum, apalagi pada ibu yang pertama kali melahirkan akan sangat membutuhkan dukungan orang-orang terdekat karna ia belum sepenuhnya berada pada kondisi stabil, baik fisik mapun psikologisnya. Ia masih sangat asing terhadap perubahan peran barunya yang begitu fantastis terjadi dalam waktu yang begitu cepat, yaitu peran sebagai seorang “Ibu”.
            Dengan respon positif dari lingkungan, akan mempercepat proses adaptasi peran ini sehingga akan memudahkan bagi bidan untuk memberikan asuhan yang sehat.

2.      Hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan aspirasi
Hal yang di alami oleh ibu ketika melahirkan akan sangat mewarnai alam perasaannya terhadap perannya sebagai seorang ibu. Ia akhirnya menjadi tahu bahwa begitu beratnya ia harus berjuang untuk melahirkan bayinya dan hal tersebut akan memperkaya pengalaman hidupnya untuk lebih dewasa. Banyak kasus yang terjadi, setelah seorang ibu melahirkan anaknya yang pertama, ia akan bertekad untuk meningkatkan kualitas hubungannya dengan ibunya.
3.      Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu
Walaupun kali adalah bukan lagi pengalamannya yang pertama melahirkan bayinya, namun kebutuhan untuk mendapatkan dukungan positif dari lingkungannya tidak berbeda dari ibu yang melahirkan anak anak pertama. Hanya perbedaannya adalah tekhnik penyampaian dukungan yang diberikan lebih kepada support dan apresiasi dari keberhasilannya dalam melewati saat-saat sulit pada persalinannya yang lalu.
4.      Pengaruh budaya
Adanya adat istiadat yang dianut oleh lingkungan dan keluarga sedikit banyak akan mempengaruhi keberhasilan ibu dalam melewati saat transisi ini. Apalagi jika ada hal yang tidak sinkron antara arahan dari tenaga kesehatan dengan budaya yang dianut. Dalam hal ini, bidan harus bijaksana dalam menyikapi, namun tidak mengurangi kualitas asuhan yang harus diberikan. Keterlibatan keluarga dari awal dalam menetukan bentuk asuhan dan perawatan yang diberikan pada ibu dan bayi akan memudahkan bidan dalam memberikan asuhan.

II.                Post Partum Blues
Fenomena pasca partum awal atau baby blues merupakan sekuel umum kelahiran bayi-biasanya terjadi pada 70% wanita. Penyebabnya ada beberapa hal, antara lain lingkungan tempat melahirkan yang kurang mendukung, perubahan hormon yang cepat, dan keraguan terhadap peran yan baru. Pada dasarnya, tidak satupun dari ketiga hal tesebut termasuk penyebab yang konsisten. Faktor penyebab biasanya merupakan kombinasi dari berbagai faktor, termasuk adanya gangguan tidur yang tidak dapat dihindari oleh ibu selama masa-masa awal menjadi seorang ibu.
      Post partum blues biasanya dimulai pada beberapa hari setelah kelahiran dan berakhir setelah 10 – 14 hari. Karakteristik post partum blues meliputi menangis, merasa letih karna melahirkan, gelisah, perubahan alam perasaan, menarik diri, serta reaksi negatif tehadap bayi dan keluarga. Karna pengalaman melahirkan digambarkan sebagai pengalaman “puncak”, ibu baru mungkin merasa perawaran dirinya tidak kuat atau tidak mendapatkan perawatan yang tepat, jika bayangan melahirkan tidak sesuai dengan apa yang ia alami. Ia mungkin juga merasa di abaikan jika perhatian keluarganya tiba-tiba berfokus pada bayi yang baru saja dilahirkannya.
      Kunci untuk mendukung wanita dalam melakukan periode ini adalah berikan perhatian dan dukungan yang baik baginya, serta yakinkan padanya bahwa ia adalah orang yang berarti  bagi keluarga dan suami. Hal yang terpenting, berikan kesempatan untuk beristirahat yang cukup. Selain itu, dukungan positif atas keberhasilannya menjadi orang tua dari bayi yang baru lahir dapat membantu memulihkan kepercayaan diri terhadap kemampuannya.

III.             Kesedihan dan Duka Cita
Dalam bahasa kali ini, digunakan istilah “berduka”, yang diartikan sebagai respon psikologis terhadap kehilangan. Proses berduka sangat bervariasi, tergantung dari apa yang hilang, serta persepsi dan keterlibatan individu terhadap apapun yang hilang. “kehilangan” dapa memiliki makna, mulai dari pembatalan kegiatan (pikinik, perjalanan, atau pesta) sampai kematian orang yang dicinta. Seberapa berat kehilangan tergantung dari persepsi individu yang mengalami kehilangan. Derajat kehilangan pada individu direfleksikan dalam respon terhadap kehilangan. Contohnya, kematian dapat menimbulkan respon berduka yang ringan sampai berat, tergantung pada hubungan dan keterlibatan individu dengan orang yang meninggal.
      Kehilangan maternitas termasuk hal yang di alami oleh wanita yang mengalami infertilitas (wanita yang tidak mampu hamil yang tidak mampu mempertahankan kehamilannya), yang mendapatkan bayinya hidu, tapi kemudian kehilangan harapan (prematuritas atau kecacatan congenital), dan kehilangan yang dibahas sebagai penyebab post partum blues (kehilangan keintiman internal ddengan bayinya dan hilangnya perhatian). Kehilangan lain yang penting, tapi sering dilupakan adalah perubahan hubungan eksklusif antara suami dan istri menjadi kelompok tiga orang, aya-ibu-anak.

Dalam hal ini, “ berduka” dibagi dalam tiga tahap, antara lain :
1.      Tahapan Syok
Tahap ini merupakan tahap awal dari kehilangan. Manifestasi perilaku meliputi pengkhayalan, ketidakpercayaan, marah, jengkel, ketakutan, kecemasan, rasa bersalah, kekosongan, kesendirian, kesedihan, isolasi, mati rasa, menangis, itroversi (memikirkan dirinya sendiri), tidak rasional, bermusuhan, kegentiran, kebencian, kewaspadaan akut, kurang inisiatif, mengasingkan diri, berkhianat, frustasi dan kurang konsentrasi. Manifestasi fisik meliputi gelombang distress somatic yang berlangsung selama 20-60 menit, menghela nafas panjang, penurunan berat badan, anoreksia, tidur tidak tenang. Keletihan, penampilan kurus da tampak lesu, rasa penuh di tenggorokan, tersedak, napas pendek, mengeluh tersiksa karna nyeri di dada, gemetaran internal, kelemahan umum, dan kelemahan pada tungkai.
2.      Tahap Penderitaan (fase realitas)
Penerimaan terhadap fakta kehilangan dan upaya penyesuaian terhadap realitas yang harus ia lakukan terjadi selama periode ini. Contohnya, orang yang berduka akan menyesuaikan diri dengan lingkungannya tanpa kehadiran orang yang disayanginya. Dalam tahap ini, ia akan selalu terkenang dengan orang yang dicintai sehingga kadang akan muncul perasaan marah, rasa bersalah, dan takut. Nyeri karna kehilangan akan dirasakan secara menyeluruh, dalam realitas yang memanjang dan dalam ingatan setiap hari. Menangis adalah salah satu pelepasan emosi yang umum. Selama masa ini, kegidupan orang yang berduka akan terus berlanjut. Saat individu melanjutkan tugasnya untuk berduka, dominasi kehilangannya secara bertahap berubah menjadi kecemasan terhadap masa depan.
3.      Tahap Resolusi (fase menentukan hubungan yang bermakna)
Selama periode ini, orang yang berduka menerima kehilangan, penyesuaian telah komplit, dan individu kembali pada fungsinya secara penuh. Kemajuan ini berhasil karna adanya penanaman kembali emosi seseorang pada hubungan lain yang lebih bermakna. Penanaman kembali emosi tidak berarti bahwa posisi orang yang hilang telah tergantikan, tetapi berarti bahwa individu lebih mampu dalam menanamkan dan membentuk hubungan lain yang lebih bermakna dengan resolusi, serta perilaku orang tersebut telah kembali menjadi pilihan yang bebas, mengingat selama menderita perilakuditentukan oleh nilai-nilai sosial atau kegelisahan internal.
Bidan dapat membantu orang tua dalam melalui proses berduka, sekaligus memfasilitasi pelekatan mereka dan anak yang tidak sempurna dengan menyediakan lingkungan yang aman, nyaman, mendengarkan, sabar, memfasilitasi ventilasi perasaan negatif mereka dan permusuhan, serta penolakan mereka terhadap bayinya.
Saudara kandung dirumah juga harus diberitahu mengenai kehilangan sehinggan mereka mendapatkan penjelasan yang jujur terhadap perilaku dari orang tua. Jika tidak, mereka mungkin akan membayangkan bahwa merekalah penyebab masalah yang mengerikan dan tidak diketahui tersebut. Saudara kandung perlu diyakinkan kembalibahwa apapun yang terjadi bukan kesalahan mereka dan bahkan mereka tetap  penting, dicintai, dan dirawat.
Tanggung jawab utama bidan adalah membagi informasi tersebut dengan orang tua. Keluarga dapat segera merasakan sesuatu jika tidaj  berjalan baik. Pada peristiwa kematian, ibu tidak mendengarkan suara bayi dan ibu mempunyai hak untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin dari bidan pada saat itu juga. Kejujuran dan realitas akan jauh lebih baik menghibur daripada keyakinan yang palsu atau kerahasiaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar